PERENCANAAN DAN PENGAWASAN PRODUKSI
DAN PERSEDIAAN
Bidang perencanaan dan pengawasan produksi (atau operasi) dan persediaan (production and inventory planning and control atau disingkat PPIC) dalam organisasi-organisasi manufacturing dan jasa memberikan suatu kesempatan karier yang menarik dan menantang bagi orang-orang yang mempelajari bisnis dan teknik. Para spesialis PPIC adalah inti sistem “syaraf” sisi suplai atau penawaran-penawaran organisasi-organisasi. Mereka berpartisipasi dalam peramalan penentuan permintaan, perencanaan kapasitas kesluruhan organisasi, penentuan berapa banyak persediaan bahan dan komponen-komponen yang harus ada dan kapan untuk mendapatkannya. Dan bila komponen-komponen diproduksi secara internal mereka bertanggung jawab atas kapaan dibuat dan pada mesin-mesin mana sehingga master production schedules perakitan akhir dipenuhi untuk memuaskan permintaan organisasi.
Bagian-bagian dari kegiatan-kegiatan PPIC juga mempunyai makna yang berbeda-beda dalam perusahaaan yang berbeda sebagai contoh suatu daftar komponen produk yang dirakit mungkin disebut “bill of matherials”, ”daftar bahan-bahan “, “daftar komponen-komponen”, atau “daftar kebutuhan-kebutuhan”. Urutan operasi-operasi penbuatan suatu komponen mungkin disebut “route sheet”, ”process sheet”, ”layout”, atau ”daftar operasi”. ”Scheduling” mungkin berarti : (1) penetapan hari penyelesaian pesanan-pesanan, (2) penetapan hari bagi penyelesaian operasi–operasi individual, (3) penetapan waktu mulai dan berakhirnya pelaksanaan operasi tertentu ,atau (4) pengembangan daftar pekerjaan yang membutuhkan mesin-mesin tertentu.Sejauh yang penulis ketahui, istilah-istilah ini di indonesia belum mempunyai definisi standard, sehingga penulis akan menggunakn istilah-istilah dan definisi-definisi umum dalam pembahasan selanjutnya.
A. PENGERTIAN PIPC
Walaupun kegiatan-kegiatan PIPC berbeda dalam setiap situasi, ada paling tidak fungsi-fungsi tertentu yang umum. Berbagai kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan para spesialis PIPC pada umumnya dapat diperinci sebagai berikut :
1. Berpartisipasi dalam penyusunan skedul-skedul produksi induk yang realistis atas dasar kapasitas yang tersedia. Melaporkan kepada departemen pemasaran tentang hari penyelesaian bagi pesanan-pesanan langganan.
2. Berpartisipasi dalam perencanaan kebutuhan tenaga kerja untuk memenuhi skedul produksi induk.
3. Menerima pesanan-pesanan untuk memproduksi produk-produk.
4. “Menguraikan” pesanan-pesanan bagi produk-produk yang dirakit dari bills of material, atau berarti menentukan kuantitas, komponen-komponen dan operasi-operasi yang dibutuhkan. Memberikan daftar permintaan kepada departemen pembelian untuk komponen-komponen yang akan dibeli.
5. Menentukan kebutuhan-kebutuhan bahan mentah untuk komponen-komponen yang diproduksi.
6. Menentukan peralatan-peralatan yang diperlukan untuk produksi. Memberikan daftar permintaan untuk peralatan-peralatan yang akan dibeli.
7. Mengoperasikan gudang persediaan bahan mentah dan mengelola persediaan serta menyusun laporan-laporan penerimaan dan pemakaian bahan secara akurat. Memberikan daftar permintaan untuk peralatan-peralatan yang akan dibeli.
8. Menentukan produk yang dibuat pertama kali, operasi-operasi dan mesin-mesin yang diperlukan untuk membuat produk-produk dan komponen-komponen.
9. Mempersiapkan perintah-perintah produksi yang mengarahkan pelaksanaan operasi-operasi.
10. Menyusun skedul-skedul untuk pelaksanaan operasi-operasi pada mesin-mesin tertentu.
Fungsi-fungsi dasar ini biasanya ditugaskan kepada departemen PIPC dalam hampir semua perusahaan, tetapi kadang-kadang beberapa fungsi diantaranya ditugaskan kepada departemen lain. Sebaliknya juga, satu atau lebih tugas-tugas non-PIPC, seperti pengoperasian pelayanan administrasi pabrik, sering di limpahkan kepada departemen pengawasan produksi.
B. PERENCANAAN AGREGAT DAN SCHEDULING INDUK
Kegiatan perencanaan produksi dimulai dengan melakukan peramalan-peramalan (forecast) untuk mempengaruhi terlebih dahulu apa dan berapa yang perlu diproduksikan pada waktu yang akan datang. Perencanaan agregat bersangkutan dengan cara kapasitas organisasi digunakan untuk memberikan tanggapan terhadap permintaan yang diperkirakan. Perencanaan agregat adalah suatu pendahuluan untuk perencanaan kebutuhan kapasitas yang lebih terperinci. Perencaan ini merupakan salah satu tanggung jawab personalia departemen PIPC yang paling integratif. Beberapa pedoman umum perencanaan agregat secara singkat dapat terperinci sebagai berikut:
1. Tentukan kebijaksanaan perusahaan dengan memperhatikan variabel-variabel yang dapat dikendalikan.
2. Gunakan hasil ramalan yang baik sebagai dasar perencanaan.
3. Buat rencana-rencana dalam unit-unit kapasitas yang tepat.
4. Sedapat mungkin pelihara stabilitas karyawan.
5. Lakukan pengawasan efektif terhadap persediaan.
6. Pelihara fleksibilitas untuk menghadapi perubahan.
7. Tanggapi permintaan dengan suatau cara yang terkendali.
8. Evaluasi perencanaan secara teratur.
Perencanaan agregat merupakan dasar scheduling induk. Skedul produksi induk sebagai hasilnya menyajikan rencana menyeluruh dan lebih detail dengan merinci rencana produksi masing-masing produk akhir. Beberapa fungsi penting skedul produksi induk adalah :
1. Menterjemahkan dan merinci rencana-rencana agregat menjadi produk-produk akhir tertentu (spesifik).
2. Mengevaluasi skedul-skedul alternatif.
3. Merinci dan menentukan kebutuhan-kebutuhan material.
4. Merinci dan menentukan kebutuhan-kebutuhan kapasitas.
5. Memudahkan pemrosesan informasi.
6. Menjaga validitas prioritas-prioritas.
7. Menggunakan kapasitas secara efektif.
Proses Scheduling Induk
Hal-hal pokok yang perlu diperhatikan dalam scheduling induk adalah :
1. Scheduling induk dikerjaka atas dasar rencana produksi agregat.
2. Menyusun skedul dengan modul-modul umum bila mungkin.
3. Melakukan pembebanan bagi fasilitas-fasilitas secara realistik.
4. Mentampaikan order-order atas dasar satuan waktu.
5. Memonitor tingkat persediaan secar cermat.
6. Melakukan rescheduling sesuai keperluan.
C. SCHEDULING TERPERINCI
Setelah skedul produksi induk, yang dijabarkan dan dipadankan dengan tersedianya sumber daya (material) dan kemampuan kapasitas dalam sistem perencanaan kebutuhan bahan dan perencanaan kebutuhan kapasitas, menetapkan produk-produk (atau komponen-komponen) apa yang akan diproduksi, dalam kuantitas berapa, dan kapan produk-produk tersebut akan diperlukan, kita menyiapkan dan menyusun scheduling terperinci.
1. Macam-macam Scheduling
Scheduling menyangkut penetapan kapan suatu operasi atau kegiatan harus dimulai agar hari penyelesaian pembuatan produk dapat dipenuhi. Dalam hal penetapan tanggal setiap operasi, kita mengenal dua macam cara, yaitu :
a. Forward Scheduling.
Skedul-skedul disusun berdasarkan tanggal permulaan operasi yang diketahui dan kemudian bergerak kemuka dari operasi pertama sampai operasi terakhir untuk menentukan tanggal penyelesaian.
b. Backward Scheduling,
Proses scheduling dimulai dengan tanggal penyelesaian yang ditentukan dan bekerja dibelakang untuk menentukan tanggal mulai operasi yang diperlukan. Proses ini menghasilkan tanggal dalam penyampaian order kepada pabrik untuk setiap komponen dan merupakan batas waktu untuk setiap order operasi.
Disamping itu, kita juga mengenal dua jenis scheduling lainnya:
A. Order Scheduling
Scheduling Ini menentukan kapan setiap pesanan harus dikerjakan dan dilaksanakan. Skedul-skedul pesanan menunjukkan kuantitas-kuantitas produk tertentu yang akan dibuat dalam satu minggu atau satu bulan.
B. Machine Scheduling
Scheduling ini menentukan waktu pengerjaan pada setiap mesin. Tetapi, dalam praktek, skedul-skedul penggunaan mesin-mesin yang sering menyebabkan kemancetan.
D. DISPATCHING
Dispatching berarti pengeluaran perintah-perintah pengerjaan (work orders) secara nyata kepada para karyawan. Pemberian perintah pengerjaan merupakan realisasi produksi untuk menghasilkan suatu produk. Secara normal, dispatching menimbulkan beberapa masalah. Masalah pertama terjadi bila beban kerja pusat-pusat kerja melebihi kapasitasnya, sehingga perlu dikembangkan sistem prioritas order untuk memilih order-order pengerjaan pada proses produksi berikut. Oleh karena itu, kita penting menetapkan suatu pedoman unutk pembuatan keputusan tentang order-order mana yang seharusnya dikerjakan terjadi dahulu dan mana yang akan ditunda.
E. FOLLOW-UP
Follow-up merupakan kegiatan pengawasan produksi untuk memonitor dan mengecek secara terus menerus proses pengerjaan order-order produksi maupun pembelian komponen-komponen dari pihak luar perusahaan, apakah berjalan sesuai dengan yang telah ditetapkan dalam skedul produksi induk. Follow-up, sebagai bagian terakhir fungsi PIPC, bertujuan untuk menentukan efektivitas dan mengintegrasikan fungsi-fungsi PIPC yang mendahuluinya, serta memberikan umpan balik dan menetapkan tindakan-tindakan korektif bagi sistem. Dengan melaksanakan fungsi follow-up, kita dapat mengetahui kemajuan proses pengerjaan suatu order atau pesanan, kelebihan kapasitas yang belum digunakan dan tingkat penggunaan dan persediaan material.
DAFTAR PUSTAKA
T. Hani Handoko, Dasar-dasar Manajemen Produksi dan Operasi, BPFE, Yogyakarta, Edisi Pertama, 2010-2011.
0 komentar:
Posting Komentar