Sabtu, 30 Agustus 2014

KESEIMBANGAN SEKTOR RIIL DAN MONETER

Makalah diskusi ekonomi makro

KESEIMBANGAN SEKTOR RIIL DAN MONETER

Dosen Pengampu :

                                                       M. Iskak Elly, SE., MM                                     

Disusun Oleh :

Muhammad Thoha                        : 12.641.0132

 

 

 

 

 

Fakultas Ekonomi Program Studi Management

Universitas Panca Marga

PROBOLINGGO

Tahun Akademik 2012


 

KATA PENGANTAR

            Puji syukur  Penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya maka penyusun dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “keseimbangan sektor riil dan moneter”.

            Penulisan makalah adalah merupakan salah satu tugas dan persyaratan untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Ekonomi Mikro di Univrsitas Panca Marga Probolinggo.

            Dalam Penyusunan makalah ini Penyusun merasa masih banyak kekurangan-kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki penulis. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.

            Dalam penyusunan makalah ini penyusun menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan penelitian ini, khususnya kepada :

  1. Bapak Moch Iskak selaku dosen pengampu Mata Kuliah Ekonomi Mikro
  2. Rekan-rekan semua terutama kelompok III yang telah kompak dalam menyusun makalah ini sampai dengan selesai.

            Akhirnya penyusun berharap semoga Allah memberikan imbalan yang setimpal pada mereka yang telah memberikan bantuan, dan dapat menjadikan semua bantuan ini sebagai ibadah, Amiin Yaa Robbal ‘Alamiin.

 

Probolinggo, 21 Maret 2013

 

     Penyusun

 

 

DAFTAR ISI

 

KATA PENGANTAR................................................................................... ......      i

DAFTAR ISI........................................................................................................      ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1  Latar belakang masalah.......................................................................      1

1.2  Rumusan masalah................................................................................      2

1.3  Metodelogi penulisan..........................................................................      2

BAB II PEMBAHASAN

2.1  Keseimbangan sektor riil.....................................................................      3

2.1.1        Analisis keseimbangan sektor riil dengan grafik...............      4

2.1.2        Analisis keseimbangan sektor riil dengan matematis.... ....      7

2.1.3        Contoh menganalisis keseimbangan sektor riil..................      8

2.2  Keseimbangan sektor moneter.............................................................      12

2.2.1        Analisis keseimbangan sektor moneter  dengan grafik......      12

2.2.2        Analisis keseimbangan sektor riil dengan matematis.... ....      13

2.2.3        Contoh menganalisis keseimbangan sektor riil..................      14

BAB IV KESIMPULAN.....................................................................................      19

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................      20

DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................      21

 


 

BAB I

PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Yang dimaksud dengan analisis keseimbangan adalah analasis ekonomi makro tentang terbentuknya tingkat harga dan jumlah output sebesar asumsi bahwa pada setiap pasar (barang dan jasa, tenaga kerja dan uang) permintaan telah sama dengan penawaran, sehingga permintaan agreat telah sama dengan penawaran agreat.

Dalam sebuah perekonomian, keseimbangan pasar barang dan pasar uang atau dalam istilah lain keseimbangan sektor riil dan sektor moneter sangatlah penting. Pasar barang dan pasar uang merupakan konstruksi utama pembentukan agregat demand dalam perekonomian makro. Tanpa keharmonisan dua sektor tersebut, maka stabilitas ekonomi kurang berjalan dengan baik.

Kecenderungan sektor moneter berjalan lebih cepat dalam perekonomian konvensional karena perputaran uang dengan instrumen bunga kurang diikuti perputaran sektor riil yang seimbang.

Keseimbangan pasar barang dan pasar uang dalam tataran aplikasi sulit direalisasikan secara tepat walaupun secara teoritis dapat ditentukan.  Hal ini disebabkan adanya lag atau tenggang waktu bekerjanya sebuah kebijakan selalu berpacu dengan cepatnya perubahan dalam perekonomian.

 Keseimbangan pasar barang dan pasar uang dalam tataran aplikasi sulit direalisasikan secara tepat walaupun secara teoritis dapat ditentukan. Hal ini disebabkan adanya lag atau tenggang waktu bekerjanya sebuah kebijakan selalu berpacu dengan cepatnya perubahan dalam perekonomian.

 Oleh sebab itu yang dapat dilakukan oleh otoritas pembuat kebijakan adalah sedapat mungkin mendekatkan titik keseimbangan pasar barang dan pasar uang dengan model yang telah dirumuskan secara teoritis berdasarkan data yang ada.

Yang dimaksud dengan analisis keseimbangan adalah analasis ekonomi makro tentang terbentuknya tingkat harga dan jumlah output sebesar asumsi bahwa pada setiap pasar (barang dan jasa, tenaga kerja dan uang) permintaan telah sama dengan penawaran, sehingga permintaan agreat telah sama dengan penawaran agreat.


 

1.2  Rumusan Masalah

Kami ingin menjabarkan atau membahas mengenai dunia bisnis dalam kehidupan kita yang merupakan bagian dari pembahasan. Oleh sebab itu, kami ingin membahas mengenai :

2.1  Apa pengertian dari kseimbangan sektor riil dan sektor moneter ?

2.2  Ada berapa metode untuk menganalisisnya ?

2.3  Apa sajakah yang berhubungan dengan keduanya?

 

1.3  Metodologi  Penulisan

Untuk mempermudah dan membantu kelancaran penulisan yang dilaksanakan, maka kami menggunakan metode kepustakaan, yakni:

1)   Kami mencari berbagai referensi  buku sebagai sumber kami untuk membuat makalah ini, dan

2)   Kami juga mencari sumber lainnya melalui situs-situ internet.


 

BAB II

PEMBAHASAN

Dalam ekonomi terdapat keseimbangan pada pasar barang dan pasar uang. Keseimbangan tersebut terjadi antara pendapatan nasional (Y) dengan tingkat bunga (i). Dalam keadaan keseimbangan besarnya pendapatan nasional (Y) dan tingkat bunga (i) yang terjadi akan mencerminkan pendapatan nasional (Y) dan tingkat bunga (i) keseimbangan baik di pasar barang maupun di pasar uang, menurut Eko Suprayitno.

Keseimbangan pada pasar barang disimbolkan dengan kurva IS, dan keseimbangan pada pasar uang disimbolkan dengan kurva LM. Pada bab ini akan diuraikan bagaimana keseimbangan pasar barang dan pasar uang dalam ekonomi konvensional terbentuk.

2.1   KESEIMBANGAN SEKTOR RILL

            Keseimbangan sektor riil merupakan suatu dimana terjadi keseimbangan permintaan dan penawaran pada pasar barang. keseimbangan dapat terjadi apabila pasar barang dan pasar uang ada dalam keadaan keseimbangan. Dalam keadaan keseimbangan umum ini besarnya pendapatan nasional (Y) dan tingkat bunga (i) yang terjadi akan mencerminkan pendapatan nasional (Y) dan tingkat bunga (i) seimbang baik di pasar uang maupun pasar barang.

Istilah sektor riil dalam pembahasan mengenai ekonomi makro menggambarkan kondisi perekonomian dipandang dari sisi permintaan dan penawaran barang dan jasa. Oleh karena itu, sektor riil ini disebut juga dengan istilah pasar barang.

Sisi penawaran di pasar barang ini menggambarkan kemampuan perekonomian menghasilkan barang dan jasa pada suatu periode tertentu. Sedangkan sisi permintaannya menggambarkan pengeluaran yang dilakukan oleh pelaku ekonomi, seperti rumah tangga, perusahaan, pemerintah, dan luar negeri.

 

 

Stabilitas ekonomi makro dilihat dari keseimbangan antara permintaan (yang ditunjukkan oleh total pengeluaran) dan penawaran (yang ditunjukkan dengan oleh kemampuan perekonomian tersebut menghasilkan barang dan jasa) yang terjadi di pasar tersebut.

2.1.1        Analisis Keseimbangan Sektor Riil Dengan Grafik

Kondisi keseimbangan dalam sektor riil dapat digambarkan secara grafis ke dalam sebuah kurva yang disebut kurva IS. Kurva IS, yaitu kurva yang menggambarkan keseimbangan di sektor riil (pasar barang), yang berlereng negatif. Ini memberi petunjuk bahwa pada sektor riil (pasar barang), apabila terjadi kenaikan tingkat bunga, maka pendapatan nasional akan turun. Kenaikan tingkat bunga akan menyebabkan turunnya investasi dan turunnya investasi secara langsung akan menyebabkan turunnya pendapatan nasional. Sebaliknya, apabila tingkat bunga turun maka pendapatan nasional akan naik. Karena, turunnya tingkat bunga akan menyebabkan naiknya investasi.

Kurva IS menggambarkan kedudukan titik-titik yang menunjukkan hubungan antara tingkat bunga yang diharapkan (r) dan pendapatan nasional (Y), dimana pasar barang berada dalam kondisi keseimbangan. Untuk menurunkan kurva IS secara grafis, maka langkah pertama adalah menggambarkan empat buah kurva yang terdiri dari diagram I, II, III dan IV (dimulai dari kurva kanan bawah berputar kebalikan dengan arah jarum jam).

Gambar 1. Menurunkan kurva IS secara grafik

·         Diagram I menunjukkan fungsi investasi. Fungsi ini menunjukkan hubungan antara tingkat bunga yang diharapkan (r) dan besarnya investasi yang dilakukan (I).

·         Diagram II menunjukkan keseimbangan di pasar barang, dimana besarnya tabungan (S) sama dengan besarnya investasi (I), atau dapat dituliskan S = I. Bila tingkat bunga

yang diharapkan adalah r1 maka menuntut agar investasi bersih menjadi I1. Keseimbangan investasi tabungan mengharuskan bahwa simpanan mesti menjadi sebesar S1 = I.

·         Diagram III menunjukkan fungsi tabungan. Pada diagram ini tampak bahwa hanya satu tingkat pendapatan tertentu yang dapat mendorong masyarakat untuk menyediakan tabungan pada tingkat yang disebutkan. Bila tingkat tabungan berada pada S1, maka dapat diperhitungkan bahwa tingkat pendapatan nasional berada pada Y1 (Metwally, 1995).

·         Diagram IV menunjukkan kurva IS, kurva yang menghubungkan antara titik-titik tingkat bunga yang diharapkan (r), dan pendapatan nasional (Y). Karena kurva IS adalah kurva yang menghubungkan tingkat bunga yang diharapkan, serta pendapatan

nasional, maka masing-masing sumbu pada diagram IV kita tentukan sumbu-sumbu yang akan ditempati variabel tingkat bunga yang diharapkan dan variabel pendapatan

nasional. Pada sumbu horisontal kita tempatkan variabel pendapatan nasional (Y) dan

pada sumbu vertikal kita tempatkan variabel tingkat bunga yang diharapkan (r).

Dengan demikian, diagram yang berada di atas diagram IV yaitu diagram III adalah diagram yang menghubungkan besarnya tabungan pada berbagai tingkat pendapatan nasional (fungsi tabungan). Hubungan antara tabungan dengan pendapata nasional adalah positif, artinya makin besar pendapatan nasional, maka tabungan yang terjadi juga makin besar. (Metwally, 1995).

Diagram II menunjukkan keseimbangan di pasar barang, yaitu suatu kondisi dimana besarnya investasi (I) sama dengan besarnya tabungan (S), atau dapat ditulis I = S. Diagram II merupakan kurva bantu yang menggambarkan keseimbangan di pasar barang, dimana I = S. Kurva kesamaan investasi dan tabungan adalah kurva yang ditarik dari titik (titik pusat sumbu) yang membentuk sudut 45 derajat  terhadap masing-masing sumbu, yang berarti jarak dari suatu titik tersebut ke sumbu tegak akan sama jaraknya dengan titik tersebut ke sumbu datar. Pada diagram I ditunjukkan hubungan positif antara tingkat bunga yang diharapkan(r), dan besarnya investasi (I).       Bila tingkat bunga yang diharapkan naik, maka investasi yang dilakukan juga akan naik, demikian sebaliknya. Hal ini ditunjukkan dengan kurva investasi berlereng positif. Sumbu tegak pada diagram I menunjukkan variabel tingkat bunga yang diharapkan sedangkan sumbu datar menunjukkan besarnya investasi.

Untuk menghasilkan kurva IS kita mulai dari diagram I dengan mengambil titik salah satu titik tingkat bunga yang diharapkan, misalnya r1. Pada kondisi tersebut, investasi yang dilakukan sebesar I1 dan dalam keadaan keseimbangan, besarnya tabungan adalah S1. Tabungan sebesar S1 terjadi apabila pendapatan sebesar Y1. Apabila keadaan tersebut kita bawa ke diagram IV, maka kita peroleh satu titik di kurva IS (misalnya kita beri nama titik A). Untuk menggambarkan suatu kurva (kita anggap kurva IS adalah linear) minimal harus ada dua titik I. Dengan demikian, kita perlu mengambil salah satu titik pada tingkat bunga yang diharapkan lagi, misalnya titik I2. Pada kondisi tersebut, investasi yang diinginkan sebesar I2, dan dalam keadaan keseimbangan besarnya tabungan sebesar S2. Tabungan sebesar S2 terjadi apabila pendapatan sebesar Y2. Apabila keadaan tersebut kita bawa pada diagram IV, maka kita memperoleh satu titik lagi dari kurva IS (misalnya kita beri nama titik B). Apabila titik A dan titik B tersebut kita hubungkan, maka kita memperoleh kurva IS, yaitu kurva yang menggambarkan keseimbangan di sektor riil (pasar barang) yang berlereng positif. Hal ini menunjukkan bahwa pada sektor riil (pasar barang), apabila terjadi kenaikan bunga yang diharapkan, maka pendapatan nasional akan naik.        Kenaikan bunga yang diharapkan akan menyebabkan naiknya investasi dan naiknya investasi secara langsung akan menyebabkan naiknya pendapatan nasional. Sebaliknya, apabila tingkst bunga yang diharapkan turun maka pendapatan nasional juga akan turun. Karena turunnya tingkat bunga yang diharapkan akan menyebabkan turunnya investasi.

Pergeseran fungsi investasi dan fungsi tabungan (atau fungsi konsumsi) akan

mengakibatkan pergeseran kurva IS. Kenaikan biaya atas aset yang kurang produktif

(menganggur) akan menyebabkan meningkatnya permintaan investasi, dan sepanjang

tidak ada perubahan fungsi tabungan, akan menyebabkan pergeseran kurva IS ke kanan bawah.

 

2.2         Analisis Keseimbangan Sektor Riil Dengan Matematis

ekonomi makro dilihat dari keseimbangan antara permintaan (yang ditunjukkan oleh total pengeluaran) dan penawaran yang ditunjukkan oleh kemampuan perekonomian tersebut mengghasilkan barang dan jasa yang terjadi di pasar tersebut. Sebagaimana kita ketahui bersama, bahwa menurut Keynes pengeluaran konsumsi dipengaruhi oleh pendapatan. Secara matematis, hubungan fungsional antara pengeluaran konsumsi rumah tangga (C) dan pendapatan (Y) dapat dinyatakan sebagai berikut :

Y = C + S
Ket:
Y : Pendapatan           C : Konsumsi
S : Simpanan               I : Tingkat Bunga (Investasi)
Bila diasumsikan bahwa seluruh simpanan (S) tersebut digunakan untuk investasi (I), maka:
S = I
Y = C + I

Kita juga mengetahui bahwa investasi perusahaan sangat tergantung dari tingkat bunga. Makin tinggi tingkat bunga, maka semakin kecil investasi yang dilaksanakan, begitu juga sebaliknya. Oleh karena itu hubungan matematisnya adalah sebagai berikut :

I = f(i)

                        Di mana ΔI/ΔI < 0

Secara eksplisit bentuk poersamaan investasi sebagai berikut :

            I = I0 – ki

Dimana :

            I0 : besarnya pengaruh investasi pada saat tingkat bunga = 0

            i : tingkat bunga umum

            k : besarnya koefisien tingkat bunga

Dalam analisis keseimbangan pasar barang atau sektor riil, kondisi keseimbangan perekonomian dapat digambarkan ke dalam sebuah kurva IS. Menurut Mankiw untuk terbentuknya kurva IS tersebut, maka Mankiw menggunakan model Keynesian cross. Keynesian cross adalah model dasar dalam penentuan pendapatan. Ini mengambil kebijakan fiskal dan perencanaan investasi sebagai exogenous dan kemudian menunjukkan bahwa terdapat satu level dari pendapatan nasional yang mana actual expenditure sama dengan planned expenditure. Secara matematisnya adalah :

                        Y = E

Hal ini menunjukkan bahwa perubahan dalam kebijakan fiskal memiliki dampak multiplier atas pendapatan. Mankiw juga menyatakan bahwa perencanaan investasi tergantung dengan tingkat bunga, Keynesian cross menunjukkan hubungan antara tingkat bunga dan pendapatan nasional. Makin tinggi tingkat bunga, maka makin rendah investasi yang akan ditanamkan, hal ini akan mengakibatkan menurunnya pendapatan nasional.

2.3   Contoh Menganalisis Keseimbangan sektor riil

 

 

 

 

 

 

 


Gambar 2 Fungsi permintaan investasi

Perhatikan contoh Gambar 2 pada gambar tersebut garis II merupakan kurva permintaan investasi agregatif dengan persamaan fungsi I = 80–4r, dimana I menunjukkan nilai investasi per tahun dinyatakan dalam milyar rupiah misalnya, dan r merupakan tingkat bunga dinyatakan dalam persentase. Dengan menggunakan contoh tersebut, maka pada tingkat bunga setinggi 15% besarnya investasi dalam perekonomian adalah sejumlah Rp 20 milyar. Apabila tingkat bunga menurun menjadi 10%, maka besarnya investasi meningkat menjadi Rp 40 milyar.

Kalau misalnya sebuah perekonomian mempunyai fungsi konsumsi dengan persamaan fungsi:

C (dalam milyar rupiah) = 40 + 0,6Y

Maka perekonomian tersebut mempunyai persamaan fungsi tabungan:

S (dalam milyar rupiah) = -40 + 0,4Y

 

 

 

 

 

 

 


Gambar 3. Fungsi tabungan dan fungsi konsumsi

Untuk lebih jelasnya, perhatikan saja contoh berikut. Sebuah perekonomian mempunyai fungsi konsumsi dan fungsi investasi dengan persamaan-persamaan fungsi sebagai berikut.

Fungsi Konsumsi (dalam milyar rupiah):

C = 0,6Y + 40

 

Fungsi Pengeluaran Investasi (dalam milyar rupiah):

I  = -4r + 80

Berdasarkan persamaan fungsi konsumsi dan fungsi investasi tersebut, fungsi IS perekonomian dapat kita temukan.

1.      Menggunakan rumus I

Y         = C + I

Y         = 0,6Y + 40 – 4r + 80

0,4 Y   = 120 – 4r                                        

Y         = 300 – 10r

2.      Menggunakan rumus II

Secara grafis fungsi IS yang menunjukkan hubungan antara tingkat bunga dengan pendapatan nasional dapat dilihat pada gambar berikut ini.

 

 

 

 

 

 

 

 

Gambar 4. Kurva IS

 

Kuadran 4 (Gambar 5) memperlihatkan penurunan kurva keseimbangan IS dari fungsi investasi dan fungsi tabungan dengan bantuan kurva pada kuadran 2, yang menunjukkan hubungan antara tingkat bunga dengan pendapatan nasional keseimbangan. Pada saat tingkat bunga sebesar 10%, pendapatan nasional keseimbangan sebesar Rp. 200 milyar.

Pada kurva keseimbangan IS, hubungan antara tingkat bungan dengan pendapatan nasional keseimbangan mempunyai slope negatif (hubungan terbalik), artinya pada waktu tingkat bunga meningkat, maka pendapatan nasional keseimbangan akan menurun, dan sebaliknya.

Selanjutnya dengan cara penurunan kurva IS dengan 4 kuadran sebagi berikut ini.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Gambar 5. Menurunkan kurva IS dengan metode grafik

2.2    KESEIMBANGAN SEKTOR MONETER                    

Pasar uang akan berada dalam keadaan seimbang apabila penawaran akan uang (Ms) sama dengan penawaran akan uang (Md). Dalam analisis keseimbangan di pasar uang digunakan suatu kurva yang disebut kurva LM (LM curve). Kurva LM adalah tempat kedudukan titik-titik yang menghubungkan tingkat bunga (i) dan pendapatan nasional (Y), di mana pasar uang dalam keadaan seimbang. (Suprayitno, 2005).

2.2.1        Analisis Keseimbangan Sektor Moneter dengan Grafik

Sebagaimana kita ketahui bahwa penawaran akan uang (Ms) adalah ditentukan oleh pemerintah atau dinyatakan tetap. Menurut Mankiw perubahan pendapatan akan mempengaruhi permintaan akan uang. Apabila pendapatan naik, maka expenditure akan mengalami kenaikan, sehingga masyarakat banyak melakukan transaksi yang menggunakan uang. Sehingga, kenaikan pendapatan akan mengakibatkan kenaikan permintaan akan uang. Hal ini dapat ditunjukkan secara matematis sebagai berikut :

(M/P)d = L (r,Y)

Permintaan akan uang memiliki hubungan negatif dengan tingkat bunga dan memiliki hubungan positif dengan pendapatan. Menurut Mankiw penurunan kurva LM dapat ditunjukkan pada Gambar 2 berikut ini.

Gambar 6. Penurunan kurva LM

Dari Gambar 6 dapat kita lihat pada grafik a yang menunjukkan perubahan keseimbangan pada pasar uang, dimana ketika pendapatan mengalami kenaikan sebesar Y1 ke Y2, maka akan mengakibatkan kenaikan permintan uang, sehingga kurva Md bergerak ke kanan. Hal ini juga mengakibatkan kenaikan tingkat bunga dari r1 ke r2. Perubahan pada tingkat bunga tersebut menunjukkan kurva lm yang ditunjukkan pada grafik b.hubungan antara tingkat bunga dengan pendapatan, ketika pendapatan mengalami kenaikan, maka mengakibatkan kenaikan tingkat bunga.

Menurut Mankiw untuk memahami bagaimana kebijakan moneter dapat mempengaruhi pergerakan kurva LM digunakanlah teori liquidity preference. Hal ini dapat kita lihat pada Gambar 7 berikut ini.

Gambar 7. Pengaruh perubahan kebijakan moneter terhadap kurva LM

Dari Gambar 7 tersebut menunjukkan bagaimana pengaruhnya kebijakan moneter yang dikeluarkan oleh bank sentral terhadap tingkat bunga dan pendapatan nasional. Ketika bank sentral melakukan pengurangan money supply (Ms) dari M1 ke M2, hal ini mengakibatkan keseimbangan Ms mengalami penurunan dari M1/P ke M2/P. Dianggap pendapatan tetap dan kurva permintaan uang mengalami keseimbangan, maka hal ini akan mengakibatkan kenaikan tingkat bunga pada keseimbangan pasar uang . Hal ini dengan penurunan Ms mengakibatkan kurva LM bergerak keatas.

Dapat disimpulkan, bahwa kurva LM menunjukkan kombinasi dari tingkat bunga dan pendapatan nasional yang mana hal ini sesuai dengan keseimbangan pada pasar uang. Kurva LM menggambarkan bagaimana keseimbangan penawaran akan uang riil.

Penurunan pada keseimbangan penawaran akan uang riil membuat kurva LM bergerak keatas, pertambahan pada keseimbangan akan uang riil membuat kurva LM bergerak kebawah.

 

 

 

 

2.2.2        Analisis Keseimbangan Sektor Moneter Dengan Matematis

Menurut Mankiw kurva LM dapat digambarkan dalam matematisnya sebagai berikut :

LM : M/P = L (r,Y)

Model tersebut menunjukkan kebijakan fiskal , G dan T, kebijakan moneter M, dan harga sebagai exogenous. Sehingga hal tersebut menunjukkan kurva IS hanya menujukkan kombinasi antara r dan Y, hal ini sesuai dengan persamaan pada pasar barang. Dan kurva LM hanya menunjukkan kombinasi antara r dan Y yang sesuai dengan persamaan pada pasar uang. Kedua kurva tersebut dapat kita lihat dari Gambar 4 berikut ini.

Dari Gambar 8 tersebut dapat kita ketahui hubungan antara kurva IS dan kurva LM yang menunjukkan secara simultant keseimbangan pada pasar barang dan pasar uang untuk memberikan nilai pada pengeluaran pemerintah, pajak, penawaran uang, dan tingkat harga.

2.2.3        Contoh menganalisi Keseimbangan Sektor Moneter 

Untuk menerangkan hubungan antara permintaan uang untuk transaksi dan permintaan uang untuk berjaga-jaga dengan permintaan uang L1, dengan data sebagai berikut:

LT = 0,25Y                        LJ = 0,15Y

dimana:

LT   : permintaan uang untuk transaksi

LJ   : permintaan uang untuk berjaga-jaga

Berdasarkan data tersebut, dengan mengingat bahwa kurva atau fungsi L1 merupakan hasil penjumlahan kurva permintaan akan uang untuk transaksi dengan kurva permintaan uang untuk berjaga-jaga, maka dapat kita tulis:

L1 = LT + LJ = 0,25Y + 0,15Y = 0,4Y.

Jadi singkatnya: L1 = 0,4Y

Permintaan uang untuk spekulasi (L2) dipengaruhi oleh r (tingkat bunga) mempunyai slope negatif. Semakin tinggi tingkat bunga maka semakin rendah permintaan akan uang.

Syarat keseimbangannya pasar uang sudah kita ketahui, yaitu bahwa jumlah permintaan uang sama dengan jumlah penawaran uang.

Secara matematik dapat dituliskan:

L = M        atau:    L1(Y) + L2(r) = M       atau:    L(Y,r) =

 

 

 

 

 

 

 


Gambar 9. Hubungan permintaan akan uang untuk transaksi dan untuk berjaga-jaga dengan permintaan uang L1

 

 

 

 

 

Gambar 10. Kurva permintan uang untuk spekulasi

Kalau permintaan akan uang dan penawaran akan uang mempunyai persamaan-persamaan fungsi sebagai berikut.

Jumlah uang yang beredar :

Permintaan uang untuk transaksi dan berjaga-jaga :

L1 = k1Y

Permintaan uang untuk spekulasi:

L2 = k2r +

Maka:

M = k1Y + k2r +

Kalau persamaan di atas kita selesaikan untuk variabel Y, kita akan menemukan persamaan fungsi kurva LM:

Persamaan fungsi yang baru saja kita temukan di atas merupakan persamaan fungsi kurva LM. Persamaan tersebut berlaku kalau semua fungsi permintaan akan uang berbentuk garis lurus. Sekedar untuk menunjukkan bagaimana memanfaati rumus kurva LM tersebut, perhatikan contoh di bawah ini.

Sebuah perekonomian mempunyai data sebagai berikut:

Jumlah uang yang beredar                                                            :  = 200 milyar rupiah

Permintaan uang untuk transaksi (dalam milyar rupiah)               : LT = 0,25Y

Permintaan uang untuk berjaga-jaga (dalam milyar rupiah)          : LJ  = 0,15Y

Permintaan uang untuk spekulasi (dalam milyar rupiah)              : L2  = 160 – 4r

 

Berdasarkan data di atas, dengan menggunakan persamaan yang telah ada, maka kita dapat menemukan persamaan fungsi kurva LM.

Pertama-tama kita cari persamaan kurva L1.

Kurva L1 :

L1 = LT – LJ = 0,25Y + 0,15Y      so,        L1 = 0,4Y

Dengan demikian, maka:

1.      Dengan menggunakan rumus 1

L1Y + L2Y =

0,4Y + 160 – 4r = 200

0,4Y = 40 + 4r

Y = 100 + 10r

2.      Dengan menggunakan rumus 2

Secara grafis fungsi LM yang menunjukkan hubungan antara tingkat bunga dengan pendapatan nasional. Selanjutnya dapat dilihat pada gambar berikut ini.

                                                                                         

 

 

 

 

 

Gambar 11. Kurva LM

Pada kuadran 2 (Gambar 12) menunjukkan penurunan kurva LM dari fungsi uang untuk transaksi dan untuk berjaga-jaga serta untuk spekulasi, yang menunjukkan hubungan antara tingkat bunga dengan pendapatan nasional keseimbangan. Pada saat tingkat bunga sebesar 5%, tingkat pendapatan nasional keseimbangan sebesar Rp 150 milyar, dan pada tingkat bunga 10% pendapatan nasional keseimbangan sebesar Rp 200 milyar yang terlihat pada kurva keseimbangan LM.

Hubungan tingkat bunga dengan pendapatan nasional keseimbangan mempunyai slope positif (mempunyai hubungan searah), yaitu pada saat tingkat bunga meningkat, maka pendapatan nasional keseimbangan juga akan meningkat, dan juga Sebaliknya.

Selanjutnya dengan penurunan kurva LM dengan 4 kuadran sebagai berikut.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Gambar 12. Menurunkan kurva LM

BAB III

KESIMPULAN

1)      Keseimbangan sektor riil merupakan suatu dimana terjadi keseimbangan permintaan dan penawaran pada pasar barang. keseimbangan dapat terjadi apabila pasar barang dan pasar uang ada dalam keadaan keseimbangan.

2)      Kondisi keseimbangan dalam sektor riil dapat digambarkan secara grafis ke dalam sebuah kurva yang disebut kurva IS.

3)      Kurva IS adalah kurva yang menggambarkan kedudukan titik-titik yang menunjukkan hubungan antara tingkat bunga yang diharapkan (r) dan pendapatan nasional (Y), dimana pasar barang berada dalam kondisi keseimbangan.

4)      Menganalisis kseimbangan sektor riil juga dapat melalui pendekatan matematis yaitu menentukan kurva IS dengan menggunakan persamaan analisis PN (Y).

Y = E

5)      Dalam analisis keseimbangan di pasar uang digunakan suatu kurva yang disebut kurva LM (LM curve).

6)      Kurva LM adalah tempat kedudukan titik-titik yang menghubungkan tingkat bunga (i) dan pendapatan nasional (Y), di mana pasar uang dalam keadaan seimbang.

7)      Kurva IS dan kurva LM dapat digambarkan dalam matematisnya sebagai berikut :

IS : Y = C (Y-T) + I(r) + G

LM : M/P = L (r,Y)


 

                                                         DAFTAR PUSTAKA                                       

Blanchard, Oliver. Macroeconomics. Third Edition. Massachusetts Institute of Technology. Prentice Hall Pearson Education International

Mankiw, N. Gregory. Macroeconomics. 4thed. Worth Publishers. New York. 2000

Metwally, M.M, 1995, Teori dan Model Ekonomi Islam, PT. Bangkit Daya Insana, Edisi

Pertama, Jakarta

Suprayitno, Eko. Ekonomi Islam Pendekatan Ekonomi Makro Islam dan Konvensional.

Edisi Pertama. Penerbit Graha Ilmu. Yogyakarta. 2005

http://hatofighter.wordpress.com/2012/10/26/keseimbangan-pasar-sektor-rill-sektor-moneter/


 

DAFTAR LAMPIRAN

A.    PERTANYAAN PEMBANDING

1.      Nama   :

NIM    :

“..........................................................................................................................................................................................................................................................”

2.      Nama   :

 NIM   :         

“..........................................................................................................................................................................................................................................................”

3.      Nama   :

NIM    :

“..........................................................................................................................................................................................................................................................”

4.      Nama   :

NIM    : “..........................................................................................................................................................................................................................................................”

5.      Nama   :

NIM    :

“..........................................................................................................................................................................................................................................................”

6.      Nama   :

NIM    :

“..........................................................................................................................................................................................................................................................”

 


 

A.    PERTANYAAN AUDIENS

1.      Nama   :

NIM    :

“..........................................................................................................................................................................................................................................................”

2.      Nama   :

 NIM   :         

“..........................................................................................................................................................................................................................................................”

3.      Nama   :

NIM    :

“..........................................................................................................................................................................................................................................................”

4.      Nama   :

NIM    : “..........................................................................................................................................................................................................................................................”

5.      Nama   :

NIM    :

“..........................................................................................................................................................................................................................................................”

6.      Nama   :

NIM    :

“..........................................................................................................................................................................................................................................................”

 

 

1 komentar: